Perjalanan Panjang Menuju Raimuna Nasional Dan Berkiprah Di Dewan Kerja Cabang

Setiap organisasi memiliki denyut kehidupan yang membentuk anggotanya secara unik. Dalam Pramuka, denyut itu datang dari perkemahan, kegiatan sosial, dan dinamika organisasi. Dalam tulisan ini, saya ingin membagikan perjalanan saya sebagai seorang anggota Pramuka dari Kota Pariaman yang dimulai dari tenda-tenda kecil di halaman sekolah, hingga akhirnya menjejak di Bumi Perkemahan Cibubur sebagai peserta Raimuna Nasional, dan kini aktif dalam struktur Dewan Kerja Cabang (DKC) Kota Pariaman.

Dari Latihan Rutin Menjadi Mimpi Besar

Banyak anggota Pramuka memulai dengan kegiatan rutin di sekolah seperti latihan baris- berbaris, pionering, dan belajar nilai-nilai Dasa Dharma. Begitu juga saya. Namun di balik kegiatan mingguan itu, saya melihat ruang untuk berkembang. Pramuka bukan sekadar ekstrakurikuler, melainkan ekosistem pembentukan karakter.

Saat saya duduk di bangku SMA, saya mendengar kabar seleksi peserta Raimuna Nasional. Bagi Penegak dan Pandega, Raimuna Nasional bukan hanya event biasa. Ia adalah panggung nasional bagi para Penegak dan Pandega untuk bertemu, berdiskusi, dan membangun gagasan. Dalam tren kepramukaan, Raimuna Nasional menjadi simbol konektivitas antardaerah, wadah pembelajaran kolektif, dan momentum unjuk kreativitas budaya.

Saya mempersiapkan diri mengikuti seleksi dengan latihan fisik, penguasaan materi kepramukaan, dan mental kepemimpinan. Setelah melalui proses panjang, saya dinyatakan lolos terpilih menjadi peserta dan mewakili Kontingen Kota Pariaman. Ini bukan hanya kebanggaan pribadi, tapi juga bentuk tanggung jawab sebagai bagian dari citra daerah saya di tingkat nasional.

Menjadi Bagian Dari Raimuna Nasional

Raimuna Nasional di Cibubur adalah pengalaman yang mengubah cara pandang saya. Bertemu ribuan Pramuka dari seluruh Indonesia memberi saya pelajaran tentang keragaman. Kami berbagi ruang, cerita, makanan, dan harapan. Tenda-tenda berdiri sangat beragam, dan kisah di dalamnya juga sangat berwarna. Kegiatan di Raimuna sangat beragam seperti pelatihan, pengenalan ragam budaya, hingga pertunjukan seni budaya. Delegasi dari berbagai daerah juga mempersembahkan keseniannya masing masing,termasuk kontingen dari Sumatera Barat.

Kembali dan Berkiprah di DKC

Sepulang dari Raimuna, saya merasa punya energi baru. Tak ingin berhenti sebagai peserta, saya mengajukan diri menjadi bagian dari DKC Kota Pariaman. Bergabung di Dewan Kerja membuka wawasan saya terhadap dinamika organisasi Pramuka secara struktural.

DKC adalah dapur kegiatan. Kami tidak hanya menjadi pelaksana, tetapi juga perancang, penggerak, dan penghubung antara Kwartir Cabang dan Gugus Depan. Kami menggelar kegiatan seperti Lomba Tingkat, Jambore Cabang dan banyak kegiatan lainnya.

Kami berupaya agar kegiatan Pramuka lebih adaptif. Misalnya, mengintegrasikan media sosial sebagai alat publikasi dan edukasi, menggunakan platform daring untuk pelatihan, serta membangun kolaborasi dengan gugus depan dan satuan karya.

Dalam sebuah kegiatan, Kak Mulyadi selaku Ketua Kwartir Cabang Kota Pariaman, pernah mengatakan, “Dewan Kerja Cabang adalah jantung kegiatan untuk Pramuka Penegak dan Pandega di Kota Pariaman. Mereka bukan hanya pelaksana, tetapi juga inovator. Jika ingin Pramuka hidup dan relevan, maka DKC harus diberi ruang untuk tumbuh dan berkarya.”

Pernyataan itu menjadi motivasi bagi kami. Kepercayaan dari kwartir menjadi bahan bakar untuk terus menciptakan program yang berdampak dan menggugah semangat Pramuka di lapangan.

Tren kepramukaan juga menunjukkan pergeseran paradigma bahwa Pramuka tidak lagi dipandang sebagai organisasi konservatif semata, melainkan sebagai ruang aktualisasi diri yang modern. Saya melihat banyak teman seangkatan yang dulunya hanya ikut karena diwajibkan, kini justru menjadi pionir perubahan di gugus depan mereka.

Seorang rekan saya, Arif, yang juga sesama Purna Raimuna Nasional mengatakan, “Dulu saya pikir Pramuka hanya soal baris-berbaris dan tali-temali, tapi setelah ikut Raimuna Nasional, saya sadar Pramuka adalah ruang ekspresi dan solusi untuk masalah generasi kita”. Kesadaran ini mendorong DKC untuk membuat kegiatan yang tidak hanya berorientasi seremonial, tapi solutif dan berdampak.

Dampak Personal dan Sosial

Kiprah saya di DKC bukan hanya berdampak pada organisasi, tapi juga membentuk kepribadian saya. Saya lebih percaya diri saat berbicara di depan umum, lebih terampil menyusun strategi, dan lebih empatik dalam memimpin. Di luar Pramuka, keterampilan ini berguna dalam dunia akademik dan organisasi mahasiswa.

Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa Pramuka bukan hanya tentang tali dan tenda. Ia adalah sekolah kepemimpinan nonformal yang memberi ruang bagi pemuda untuk berkontribusi, belajar, dan tumbuh.

Masa Depan ada Ditangan Pramuka

Melalui kegiatan Raimuna Nasional dan menjabat sebagai Dewan Kerja Cabang, saya menyaksikan bahwa Pramuka terus berkembang. Tren keorganisasian berubah, kebutuhan generasi muda semakin kompleks, dan tantangan bangsa makin dinamis. Namun, selama semangat Dasa Dharma tetap menyala, Pramuka akan terus relevan.

Saya mengajak generasi muda untuk terlibat lebih dalam. Jangan hanya menjadi peserta, jadilah penggerak. Karena organisasi ini adalah milik kita, dan masa depannya ditentukan oleh kontribusi kita hari ini. Semoga pengalaman ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya dalam balutan seragam cokelat yang penuh makna.

Penulis : Rayhan Syafiqri (Pariaman)

Foto : Rayhan Syafiqri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top