Namaku Nadira Dwi Putri Rahmadani, namun dalam dokumen resmi seperti akta kelahiran dan Kartu Keluarga, namaku disingkat menjadi Nadira Dwi Putri R katanya sih karena terlalu panjang dan kolomnya tidak muat, hehe. Aku lahir pada 29 Oktober 2005, yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan sebuah bulan penuh berkah yang juga menjadi awal kisah perjalananku di dunia ini.
Kini, tepat 19 tahun berlalu, aku tumbuh sebagai sosok yang dikelilingi cinta dan panggilan sayang dari orang-orang terdekatku. Banyak orang mengenalku dengan beragam nama: ada yang memanggilku Dira, Nadira, Nad, dan yang paling spesial, Adik. Panggilan terakhir ini datang dari keluarga dan terutama dari ayah, cinta pertamaku, yang sejak kecil selalu menyapaku dengan lembut sebagai “Adik.” Lucunya, meski usiaku sudah nyaris dua dekade, panggilan itu tetap melekat dan justru jadi identitas manisku di rumah.
Aku adalah putri bungsu dari dua bersaudara, anak perempuan satu-satunya dari ayah (Yudi Armen) dan ibu,(Silvia) dan adik dari seorang kakak laki-laki yang biasa kupanggil Abang. Dalam keluarga kecil kami, aku tumbuh dengan kasih sayang yang utuh, meski kadang diselipi bumbu-bumbu lucu ala anak bungsu yang katanya manja.
Aku tinggal di sebuah negeri kecil yang menjadi tempatku tumbuh dan berkembang Mungka, sebuah nagari yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota. Menjadi anak terakhir dalam keluarga adalah sebuah anugerah yang tak ternilai, sekaligus tanggung jawab yang besar. Sebagai harapan terakhir bagi orang tuaku, aku selalu ingin menjadi kebanggaan mereka.
Sejak kecil, aku tumbuh dalam pelukan kasih dan dukungan luar biasa dari kedua orang tuaku. Ayah, seorang pecinta alam, sering mengajakku menjelajah hutan dan mendaki bukit. Dari belia, aku dikenalkan dengan dunia luar, dibiasakan mencintai alam, dan belajar menghargai setiap ciptaan Tuhan. Sementara itu, Mama selalu mengajarkanku untuk menjadi anak perempuan yang mandiri, meskipun dengan sedikit manja versi ibu, tentu saja itulah bentuk cinta khas seorang ibu kepada anak perempuannya.
Perkenalanku dengan dunia kepramukaan dimulai saat aku duduk di bangku SDN 04 Mungka (sekarang SDN 02 Sungai Antuan). Di sanalah aku pertama kali mengenal istilah “Pramuka” dan mulai terpesona oleh semangat kebersamaan, disiplin, dan petualangan yang ditawarkan. Minat itu terus tumbuh saat aku melanjutkan pendidikan di MTsN 1 Lima Puluh Kota. Di sekolah ini, aku mulai mengembangkan berbagai soft skill, dan mulai mengikuti perlombaan seperti Lomba PBB, Gerak Jalan, dan lainnya.
Namun, ketika aku duduk di kelas 8, dunia mendadak berhenti sejenak. Wabah COVID-19 melanda, dan semua kegiatan, termasuk kepramukaan, harus berhenti. Tapi aku percaya, setiap akhir adalah awal yang baru.
Dua tahun kemudian, aku melanjutkan pendidikan ke MAN Lima Puluh Kota tempat di mana perjalanan hebatku benar-benar dimulai. Tahun 2022, aku mengikuti seleksi Paskibra tingkat Kecamatan Guguak, dan alhamdulillah, aku terpilih. Meski hanya tingkat kecamatan, aku sangat bersyukur karena ini menjadi langkah awal dari proses besar selanjutnya.
Di penghujung 2022, aku mengikuti seleksi untuk Kemah Karya Pramuka Madrasah (KKPM) di Asrama Haji Padang Pariaman. Acara ini mempertemukan pramuka dari seluruh madrasah di Sumatra Barat. Alhamdulillah, aku lolos seleksi dan tim kami berhasil meraih Juara 1 Lomba PBB tingkat Sumatra Barat. Dari sanalah, aku benar-benar jatuh cinta pada Pramuka bukan sekadar baris-berbaris, tetapi tentang kebersamaan, solidaritas, dan kedisiplinan hidup.
Desember 2023, aku mendapat amanah sebagai Pradana Putri Dewan Ambalan di gugus depanku. Sebuah tanggung jawab besar, namun juga kehormatan yang membuatku semakin percaya diri untuk memimpin.
Awal 2023, Raimuna Cabang se-Kabupaten Lima Puluh Kota digelar. Ratusan pramuka dari berbagai sekolah berkompetisi dalam berbagai kategori. Gugus depan kami memenangkan Juara 3 Pentas Seni, dan tak disangka, aku mendapat gelar Putri Raimuna Cabang 2023. Dari ratusan peserta putri, aku dipercaya membawa nama baik sekolahku. Sebuah pengalaman yang sangat berarti.
Tak lama setelah itu, aku mengikuti seleksi untuk Raimuna Nasional 2023. Allah kembali membukakan jalan. Aku juga terpilih sebagai Duta GenRe Berbakat Putri Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2023. Di Raimuna Nasional, aku mendapat kehormatan menjadi Pimpinan Sangga dan mewakili Sumatra Barat dalam pembukaan dengan mengenakan baju adat kebanggaan yang tak bisa digambarkan dengan kata.
Berkat Pramuka, aku bisa melihat Rektorat UI, menjelajah Museum Bank Indonesia, dan bahkan melihat langsung Bapak Presiden Joko Widodo, semua itu gratis dan penuh makna.
Di bulan November, aku kembali dipercaya sebagai Pimpinan Kontingen untuk mengikuti Kemah Bela Negara Kwartir Daerah 03 Sumatra Barat di Tuah Pejat, Mentawai. Sebuah pengalaman yang baru dan luar biasa, menjelajahi negeri indah Mentawai hanya karena aku aktif di Pramuka.
Tahun 2023 menjadi tahun penuh warna dalam hidupku. Aku menyebutnya “Tahun Pramuka”, karena semua kisah indah itu dimulai dan bertumbuh melalui organisasi ini. Sekarang aku menempuh Pendidikan di Universitas Negeri Padang dengan jurusan Ilmu Sosial Politik, dan alhamdulillah nya aku di perjalanan ini juga di anugerahi gelar ”Queen Favorit” pada ajang KRIDA Fakultas Ilmu Sosial tahun 2024.
Dan baru-baru ini, pada 10–12 Mei 2025, aku mengikuti Pelatihan Jurnalistik Kwartir Daerah 03 Sumatra Barat. Di sana aku bertemu dengan kakak-kakak hebat yang memberiku ilmu luar biasa tentang dunia media, cara menulis dengan hati, dan meliput berita yang menyentuh. Aku belajar bahwa menulis bukan sekadar menyusun kata, tapi juga menyampaikan perasaan dan menyentuh jiwa pembaca.
Jika bukan karena doa orang tua, semangat dari keluarga, dan jalan yang Allah beri lewat Pramuka, mungkin aku bukanlah Nadira yang sekarang. Menulis itu menyenangkan, karena lewat tulisan, kita bisa membagikan cerita, pengalaman, dan mimpi. Terima kasih sudah membaca kisahku ambil yang baik, buang yang kurang, dan semoga kita semua terus menjadi pribadi yang terus bertumbuh dan bermanfaat.
Penulis : Nadira
In Frame : Nadira